Penulis :
Abel Tasman Yuza
Seto Adiantoro
Sinopsis :
Bedah orthognatik adalah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki posisi rahang atas, rahang bawah, atau segmen lainnya guna meningkatkan fungsi dentofasial, estetika wajah, serta kualitas hidup pasien. Istilah "orthognatik" berasal dari bahasa Yunani, di mana orthos berarti "benar" atau "lurus," dan gnathos berarti "rahang." Bedah ini biasanya dikombinasikan dengan perawatan ortodontik untuk mengoreksi kelainan dentoskeletal yang dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, atau kombinasi keduanya.
Terdapat dua jenis utama prosedur dalam bedah orthognatik, yaitu Le Fort I Osteotomy dan Bilateral Sagittal Split Osteotomy (BSSO). Le Fort I Osteotomy digunakan untuk memperbaiki posisi rahang atas dengan memotong dan mereposisi tulang secara presisi. Prosedur ini sangat efektif untuk menangani maloklusi, hipoplasia atau hiperplasia maksila, dan kelainan wajah lainnya yang memengaruhi simetri wajah serta fungsi oklusi. Sebaliknya, BSSO diterapkan pada mandibula untuk memperbaiki prognati (kelebihan mandibula), retrognati (kekurangan mandibula), atau asimetri rahang. Teknik ini memungkinkan reposisi mandibula baik ke depan maupun ke belakang dengan tingkat akurasi tinggi.
Tujuan utama dari prosedur bedah orthognatik adalah untuk meningkatkan estetika wajah, memperbaiki fungsi oklusi, serta menangani berbagai keluhan terkait, seperti kesulitan mengunyah, menggigit, menelan, bahkan masalah pernapasan seperti obstructive sleep apnea. Selain itu, pembedahan ini juga membantu pasien dengan disfungsi temporomandibular memperbaiki bicara, dan mengurangi masalah yang disebabkan oleh posisi rahang yang tidak simetris, seperti nyeri atau keausan gigi berlebihan. Tahapan bedah orthognatik dimulai dengan perencanaan rinci, termasuk penggunaan teknologi Virtual Surgical Planning (VSP), yang memberikan akurasi tinggi dalam menentukan posisi tulang rahang yang akan direposisi. Selama operasi, pasien diintubasi secara nasotrakeal untuk mempermudah akses bedah dan memastikan fiksasi yang stabil. Pada Le Fort I Osteotomy, insisi dilakukan pada area maksila, sementara pada BSSO, insisi dilakukan melalui pendekatan intraoral di mandibula. Prosedur ini dilengkapi dengan fiksasi menggunakan plat miniplate atau sekrup bikortikal untuk memastikan stabilitas posisi tulang pascaoperasi. Meski efektif, prosedur ini tidak lepas dari risiko komplikasi. Komplikasi yang umum terjadi meliputi perdarahan, kerusakan saraf, infeksi, maloklusi pascaoperasi, dan risiko relaps, di mana posisi rahang bisa bergeser kembali. Oleh karena itu, pasien memerlukan perawatan pascaoperasi yang ketat, termasuk manajemen nyeri, kebersihan mulut yang baik, serta diet makanan lunak untuk mendukung proses penyembuhan.
top of page
Rp0,00Price
bottom of page